Jumat, 01 Juni 2012

Muangthai


BAB I  PENDAHULUAN

I.1  Latar Belakang
            Asia Tenggara adalah suatu wilayah yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Sebelumnya, baik penduduk maupun kebudayaan di Asia Tenggara banyak dipengaruhi oleh Hindu dan Buddha. Namun ada juga sebagian penduduk yang masih menjunjung tinggi kepercayaan asli Asia Tenggara yaitu Animisme dan Dinamisme.
            Datangya Bangsa barat terutama para imprealis asing ke wilayah Asia Tenggara merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat Asia Tenggara. Proses kedatangan Bangsa Barat itu sebenarnya datang untuk melakukan kegiatan perdagangan. Namun setelah melihat potensi yang demikian besar dari wilayah Asia Tenggara, tujuan mereka berubah menjadi keinginan untuk menguasai demi mendapat keuntungan yang sebesar-besarnya. Potensi-potensi yang dimiliki Asia Tenggara antara lain wilayah yang strategis untuk lalu lintas dunia dan kekayaan sumber daya alam yang potensial. 

            Masuknya Bangsa Barat di Asia Tenggara membawa pengaruh yang cukup signifikan dalam berbagai bidang seperti, politik, sosial ekonomi dan sosial budaya. Sehingga sampai saat ini Negara-negara di Asia Tenggara ada yang belum lepas dari penjajahan yang dilakukan pada awal abad 19 itu seperti Filipina dan Malaysia, Serta menyebabkan perpecahan dalam Negara Vietnam
            Dalam upaya untuk memperluas wawasan kita tentang datangnya Bangsa Barat di Asia Tenggara, kami menyusun makalah dengan judul “Kedatangan Bangsa Inggris di asia tenggara.”

I.2  Rumusan Masalah
            Rumusan masalah menurut Moh. Ali (1985 : 34) adalah sebagai bentuk pernyataan yang perlu dicari jawabannya atau segala bentuk hambatan, rintangan atau kesulitan yang muncul pada satu bidang yang harus diselesaikan.
            Berpijak dari ruang lingkup diatas, maka secara rinci permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :
1)      Bagaimana proses kedatangan Bangsa Barat Di asia tenggara?
2)      Bagaimana awal Imprealisme Inggris di Keempat Negara tersebut?

I.3  Tujuan
            Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1)      Mengetahui proses awal kedatangan bangsa barat di Thailand/ Muangthai, Myanmar / Burma, Malaysia, Singapura.
2)      Mengetahui awal Proses kolonialisasi yang dilakukan Inggris di Empat Negara tersebut

I.4  Manfaat
            Manfaat dari penyusunan  makalah yang berjudul Kedatangan Bangsa Barat di asia tenggara “ adalah :
1)      Menambah kajian tentang Imprealisme Bangsa Barat khususnya Bangsa barat di Kawasan Asia Tenggara
2)      Menambah wawasan Tentang Negara-negara Asia Tenggara lainnya.
















BAB II  PEMBAHASAN

Awal Kedatangan Bangsa Barat Ke Kawasan Asia Tenggara
Myanmar/Burma
Perhatian inggris atas Asia Tenggara Dimuai ketika pada thun 1579 penjelajahan F. Drake singgah di Ternate. Maluku dalam perjalanan keliling dunianya. Ekspedisi lainnya dikirim kan pada akhir abad XVI dan pada ytahun 1600 EIC dibentuk untuk mengadakan hubungan dagang dengan kepulauan rempah-rempah. Pada tahun 1602 armadanya sampai Banten dan mendirikan loji (stasiun perdagangan) di sana. Pada tahun 1604 perdagangan dengan Ambon dan banda di buka. Pada tahun 1612 mereka mendirikan lojinya di Pattani sebelah selatn kerajaan Ayuthya. Pada tahun 1609 mendirikan pos perdagangan di Sukadana (Kalimantan), 1613 berdagang dengan Makasar dan pada tahun 1614 juga mendirikan loji di Jkarta. Dalam usaha perdagangan itu Inggris mendapat perlawanan kuat dari Belanda, Belanda tidak segan-segan unuk menggunakan kekerasan untuk mengusir inggris dari daerah Asia Tenggara kepulauan. Pada tahun 1619 Inggris mengadakan perjanjian perdamaian dengan Belanda yang menentukan bahwa Inggris mendapatkan kebebasan perdagangan, tetapi bangsa Belanda di Asia tenggara tidak menghormati perjanjian itu. Pada tahun 1621 mereka mengusir Inggris dari banda, pad tahun 1622 Inggris harus meninggalkan Pattani dan Ayuthya, pad tahun 1623 Belanda menuduh bahwa Inggris di Ambon berkomplot untuk menentang belanda lalu melakukan penyiksaan yang menimbulkan pembunuhan (Amboina Massacre). Pemerintah Inggris tidak mempersiapkan peperngan untuk kepantingan EIC atau cabang-cabangnya, Inggris mengundurkan diri dari Asia tenggara, walaupun masih ada kapal-kapal Inggris mesih mengadakan hubungan dengan Makassar dan Borneo, dalam ukuran kecil-kecilan. Pda tahun 1628 markas besar Inggris dipindahkan dari Jakarta ke Banten, bahkan pada tahun 1628 diusir dari Banten atas tuntutan Belanda. Pada tahun 1684 1682 Inggris mendirikan Fort York di bengkulen. Pada thun 1714 karena kesulitan alamiah, terpaksa mereka pindahkan ke tempat yang tidak berapa jauh dan mendirikan benteng baru Fort Marlborough. Tetapi Fort Marlboroug jauh dari jalan perdagangan yang ramai. Di Asia Tenggara daratan, EIC memperoleh sedikit sukses. Pos perdagangan di Ayuthya pada tahun 1661, tetapi disaingi Belanda dan kemudian Perancis. Sehingga padaakhir abad XVII mereka terpaksa mengundurkan diri dari sana. Percobaannya untuk berdagang dengan Burma juga tidak berhasil. Maskapai dagang membuka pos dagangnya di Syriam pada tahun 1647, peperangan di Eropa dengan Belanda menyebabkn Inggris terpaksa mengundurkan diri dari Syriam pad tahun 1657.
Demikian juga halnya di Vietnam usaha perdagangan Inggris hanya membawa hasil yang tidak berarti. Pada tahun 1613 seorang agen perusahaan dikirim ke pelabuhan Fai Fo, tetapi ia terbunuh, ekspedisi perdagangan ke Tongking setelah itu gagal. Pada tahun 1674 loji Inggris didirikan di tongking tetapi kemudian ditutup lagi pda tahun 1697, demikian juga di Kamboja pos perdagangannya didirikan di lovenk 1654, tetapi karena invasi Vietnam, pos itu ditinggalkan pada tahun 1659. Inggris mendapat kesempatan baik untuk menanamkan kedudukannya di Burma ketika mendapatkan izin dari raja Alaungpaya mengangkat dirinya sebagai raja di Ava padd tahun 1753-1760. Inggris mendapatkan tempat tinggal di Nacrais dan Bassein. Dengan bantuan Inggris Alaungpaya berhasil menguasai seluruh Burma. Tujuan Inggris membantu Alaungpaya waktu itu adalah untuk mengkonsolidir Burma sebagai rintangan terhadap ekspansi Perancis dari Indo Cina ke barat. Tetapi raja-raja Burma pengganti Alaungpaya makin kuat kedudukannya dan tidak diperalat Inggris. Bahkan mereka menyerbu Inda meraks besar Inggris. Akibat pecahnya Burma – Inggris Perang Inggris – Burma I (1823-1826). Raja Bagyidaw (1819-1837) menyerang dan Bengal, Manipur dan Assam (1823). Burma kalah, akibatnya: Burma membayar ganti rugi perang, Arakan dan tenaserim diambil Inggris dan Ava ditempatkan residen Inggriss untuk mengawasi kepentingannya (isi perjanjian yandabu1826). Perang Burma II (1852-1853) tanpa perjanjian resmi. Tetapi setelah Burma kalah raja Kagan Min turuntahta dan digantikan oleh Mindon Min (1853-1878) jenderal Godwin menduduki Ranggooan dan Pegu. Ibu kota dipindahkan ke Mandalay (1857). Inggris menguasai sungai Irawady. Perang burma Inggris III 91885). Raja thibaww 91878-1885) berhubungan dengan Perancis di Indo Cina untukmenentang Inggris dibawah jenderal Prendergast menghancurkan perlawanan Thibaw dan menduduki Mandalay dan mengasingkan Thibaw ke India. Kerajaan Burma berakhir dan dimasukan ke jajahan Inggris dengan India.
Malaysia
Pada tahun 1511 malaka diduduki  oleh portugis , peristiwa itu menandai dimulailah penyebaran pengaruh eropa di jazirah malaya. Kekuasaan portugis atas malaka kemudian digantikan oleh belanda pada tahun 1641. namun pendudukan belanda dan portugis tidak membawa banyak perubahan dalam sikap hidup bangsa melayu yang beragama islam . pada akhir abad ke18 inggris merebut pulau pinang dari sultan kedah. Ekspansi inggris tersebut dilanjutkan dengan merebut singapura dari sultan johor. Inggris makin memantapkan kekuasaannya dijazirah Malaya dengan merebut pula malaka dari tangan belanda, yangditukar dengan bengkulu yang semula dikuasai oleh inggris. Tujuan kedua Negara colonial tersebut tiada lain untuk menyatukan wilayah kekuasan mereka yang sudah terlebih dahulu berada dalam tangannya. Dua tahun kemudian wilayah pinang, malaka, dan singapura dihimpun dalm suatu wilayah kekuasaan inggris, yang dikenal dengan nama Straits Settelements (wilayah permukiman selat malaka).
Penguasaan kolonial memberikan dampak yang nyata terhadap Asia Tenggara. Kekuatan-kekuatan kolonial memang memperoleh keuntungan yang besar dari sumber daya alam dan dan pasar Asia Tenggara yang besar, akan tetapi mereka juga mengembangkan wilayah ini dengan tingkat pengembangan yang berbeda-beda. Perdagangan hasil pertanian, pertambangan dan ekonomi berbasis eksport berkembang dengan cepat dalam periode ini. Peningkatan permintaan tenaga kerja menghasilkan imigrasi besar-besaran, terutama dari India dan China, sehingga terjadilah perubahan demografis yang cukup besar. Munculnya lembaga-lembaga negara bangsa modern seperti birokrasi pemerintahan, pengadilan, media cetak, dan juga pendidikan modern (dalam lingkup yang terbatas},turut menaburkan benih-benih kebangkitan grakan-gerakan nasionalisme di wilayah-wilayah jajahan tersebut.
Britania Raya / Inggris mendirikan koloni pertamanya di Semenanjung Malaya pada 1786, dengan penyewaan pulau Penang kepada Perusahaan India Timur Britania oleh Sultan Kedah. Pada 1824, Britania Raya menguasai Melaka setelah ditandatanganinya Traktat London atau Perjanjian Britania-Belanda 1824 yang membagi kepemilikan Nusantara kepada Britania dan Belanda, Malaya untuk Britania, dan Indonesia untuk Belanda. Pada 1826, Britania mendirikan Koloni Mahkota di Negeri-Negeri Selat, menyatukan kepemilikannya di Malaya: Penang, Melaka, Singapura, dan pulau Labuan. Penang yang didirikan pada 1786 oleh Kapten Francis Light sebagai pos komersial dianugerahkan oleh Sultan Kedah. Negeri-Negeri Selat mulanya diurus di bawah British East India Company di Kalkuta, sebelum Penang, dan kemudian Singapura menjadi pusat pengurusan koloni mahkota, hingga 1867, ketika tanggung jawab pengurusan dialihkan kepada Kantor Kolonial di London.
Selama abad ke-19, banyak negeri Melayu berupaya untuk mendapatkan bantuan Britania untuk menyelesaikan konflik-konflik internal mereka. Kepentingan komersial pertambangan timah di negeri-negeri Melayu bagi para saudagar di Negeri-Negeri Selat membuat pemerintah Britania melakukan campur tangan di dalam negeri-negeri penghasil timah di Semenanjung Malaya. Diplomasi Kapal Meriam Britania ditugaskan demi mewujudkan resolusi perdamaian terhadap kekacauan sipil yang disebabkan oleh bandit Cina dan Melayu. Pada akhirnya Perjanjian Pangkor 1874 membuka jalan untuk perluasan pengaruh Britania di Malaya. Perjanjian pangkor memberikan wewenang terhadap inggris untuk bertindak sebagai penasehat sultan melayu. Persetujuan pangkor tersebut menunjukkan adanya perubahan politik yang secara tidak langsung menunjukkan adanya perubahan politik yang secara lansung atau tidak langsung telah mengurangi kekuasaan formal sultan-sultan itu sebagai kepala Negara. Dengan ditandatanganinya persetujuan pangkor itu Inggris telah mengambil alih kewajiban-kewajiban politik yang tadinya dijalankan oleh para sultan dan kaum bangsawan melayu. Memasuki abad ke-20, negeri Pahang, Selangor, Perak, dan Negeri Sembilan, bersama-sama dikenal sebagai Negeri-negeri Melayu Bersekutu (jangan dibingungkan oleh Federasi Malaya), di bawah kendali de facto residen Britania diangkat untuk menasehati para penguasa Melayu. Orang Britania menjadi "penasehat" di atas kertas, tetapi sebenarnya, mereka menjalankan pengaruh penting di atas para penguasa Melayu.
            Pada tahun1910 terjadi suatu perkembangan ekonomi yang mampu mengangkat taraf kehidupan penduduk sebagian jazirah Malaya, yaitu dengan dimulailah usaha perindustrian karet. Pertumbuhan industri karet ini menyebabkan timbulnya gelombang imigrasi kedua.
            Daerah Malaysia timur pada tahun seorang petualang Inggris, James Brooke, mengunjungi kucing yang waktu itu termasuk wilayah kekuasaan kesultanan brunai, selanjutnya pada tahun 1877 dan 1878 pedagang-pedagang inggris berhasil mendapatkan daerah Kalimantan utara dan timur dari kesultanan brunai dan juga dari sultan sulu (wilayah Filipina sekarang).
            Setelah dua bulan pertemuran pada tahun 1941-1942 di awal perang dunia kedua untuk wilayah pasifik seluruh jazirah Malaya dan daerah-daerah Kalimantan diduduki jepang sampai Negara itu menyerahkan kembali kepada inggris dalam bulan September 1945.
Singapura
            Di antara abad ke-16 dan kurun ke-19, Kepulauan Melayu secara berangsur-angsur menjadi milik penjajah dari Eropa. Permulaan penjajahan dari Barat bermula saat Portugis tiba di Malaka pada tahun 1509. Pada abad 17, Belanda telah menguasai pelabuhan-pelabuh utama di Kepulauan Melayu. Pihak Belanda telah memonopoli semua perdagangan rempah-rempah yang pada saat itu merupakan bahan perdagangan yang penting. Penjajah Eropa yang lain termasuk Inggris, hanya mempunyai hak perdagangan yang kecil.
            Pada tahun 1818, Sir Stamford Raffles telah dilantik menjadi gubernur di salah satu pelabuhan Inggris yaitu di Bengkulu, Sumatera. Raffles percaya bahwa Inggris perlu mencari jalan untuk menjadi penguasa dominan di rantau ini. Salah satu jalan ialah dengan membangun sebuah pelabuhan baru di Selat Malaka. Pelabuhan Inggris yang sudah ada seperti Pulau Pinang terlalu jauh dari Selat Malaka sedangkan Bengkulu menghadap Selat Sunda.
            Raffles tiba di Singapura pada 29 Januari 1819. Dia menempati sebuah perkampungan Melayu kecil di muara Sungai Singapura yang diketuai oleh seorang Temenggung Johor. Pulau itu dikelola oleh Kesultanan Johor tetapi keadaan politiknya tidak stabil. Pewaris Sultan Johor, Tengku Abdul Rahman dikuasai oleh Belanda dan Bugis. Raffles kemudian mengetahui bahwa Tengku Abdul Rahman menjadi sultan hanya karena kakaknya, Tengku Hussein. Raffles membantu Tengku Hussein untuk menjadi Sultan. Tengku Hussein membolehkan Inggris membuka pelabuhan di Singapura dan sebagai balasan Inggris akan membayar uang tahunan kepada Tengku Hussein. Perjanjian ini menjadi sah pada 6 Februari 1819.
            Pendirian Singapura oleh Raffles mendapat masalah saat kerajaan Belanda menuduh Inggris mencampuri kawasan naungan pengaruhnya. Pada mulanya kerajaan Inggris dan Perserikatan Hindia Timur Inggris bersimpati tetapi lama kemudian mereka mengabaikannya demi kepentingan kemajuan di Singapura. Menjelang tahun 1822, sudah jelas niat Inggris tidak akan menyerahkan Singapura.
            Status Singapura sebagai hak milik Inggris dikukuhkan dengan ditandatanginya Perjanjian Inggris-Belanda 1824 yang mana Kepulauan Melayu terbagi atas pengaruh dua kuasa. Kawasan utara termasuk Pulau Pinang, Malaka dan Singapura sebagai kawasan pengaruh Inggris sedangkan kawasan di sebelah selatan di bawah pengaruh Belanda. Pada tahun 1826, Singapura bersama-sama dengan Pulau Pinang dan Malaka tergolong di bawah satu pemerintahan yaitu Negeri-Negeri Selat.
            Pada 7 Desember 1941, Jepang menyerang Pearl Harbour. Salah satu tujuan Jepang adalah untuk menguasai Asia Tenggara ialah karena faktor ekonomi. Singapura yang merupakan pangkalan utama Militer Sekutu dan menjadi sasaran utama Jepang.
            Di Singapura banyak yang beranggapan bahwa Jepang akan menyerang Malaya terlebih dahulu. Pada saat itu pihak Inggris bersedia menyediakan kontingen perang terbaiknya, termasuk mengirim kapal perang HMS Prince of Wales dan kapal perang HMS Repulse dan beberapa kapal perang lainnya.
            Pada 8 Desember 1941, tentara Jepang mendarat di Kota Bharu, Kelantan setelah dua hari pasukan Jepang mendarat, kapal Prince of Wales dan kapal Repulse tenggelam karena dimusnahkan oleh tentara Jepang. Tentara Jepang terus maju ke seluruh Tanah Melayu sehingga menyebabkan tentara Inggris terpaksa mundur ke selatan ke Singapura. Menjelang 31 Januari 1942, selepas 55 hari bermulanya penyerangan tentara Jepang, tentara Jepang sudah berhasil menguasai keseluruhan Tanah Melayu dan bersiap sedia untuk menyerang Singapura.
            Setelah beberapa pertempuran, Letnan-Jenderal Arthur Ernest Percival dan laskar-laskar Inggris menyerah kalah kepada Jeneral Yamashita Tomoyuki pada Tahun Baru Imlek yaitu 15 Februari 1942. Lebih kurang 130.000 laskar India, Australia dan Inggris menjadi tahanan perang. Jatuhnya Singapura merupakan penyerahan kalah terbesar British dalam sejarah. Singapura kemudian dinamakan menjadi Syonan-to ( Cahaya Selatan ) dalam bahasa Jepang. Singapura diduduki oleh Jepang dari tahun 1942 hingga tahun 1945.

            Ketua Front Buruh, David Marshall, menjadi Ketua Menteri Singapura yang pertama. Pada bulan April 1956, dia ke London untuk membicarakan kembali mengenai kemerdekaan Singapura tetapi hal itu tidak berhasil karena pengaruh komunis di Singapura. Marshall akan meletakkan jabatannya jika Inggris tidak memberi kemerdekaan kepada Singapura. Tetapi Inggris tidak menghiraukan gugatan Marshall dan akhirnya dia terpaksa melepaskan jabatannya. Ketua Menteri Singapura selanjutnya ialah Lim Yew Hock. Ia mengambil tindakan yang tegas terhadap ketua-ketua kesatuan sekerja dan anggota-anggota pro-komunis. Tindakan tegas Lim menyebabkan Inggris setuju untuk memberikan pemerintahan kepada Singapura.

Thailand
            Hubungan dengan beberapa negara besar eropa dimulai pada abad ke 16, naumun meskipun mengalami tekanan yang kuat, kerajaan thai tetap bertahan sebagai satu2nya negara di asia tenggara yang tidak pernah dijajah negara-negara eropa, meskipun pengaruh barat, termasuk ancaman kekerasan mengakibatkan berbagai perubahan pada abad ke 19 dan diberikannya banyak kelonggaran, bagi pedagang-pedagang britania. Thailand, meskipun dengan ikatan jepang dan secara teknik perperang melawan sekutu, mengetahui posisinya leb ih sedikit baik daripada suatu negri yang di taklukan, perdagangannya terhenti. Jepang merampas apasaja yang diminta untuk usaha perangnya, dan sama sekali gagal mensuplainya dengan baik tekstil maupun mesin-mesin yang sangat di butuhkan. Kenyataan ini bersama dengan perlakuan jabatan pi bun yang keras menolak bekerja sama, membangkitkan begitu banyak oposisi pada pemerintahannya, hingga setelah segara menjadi jelas bahwa jepang telah kalah perang pada bulan juli 1944
            Pridi sekarang menjadi kepala pemerintahan yang sesungguhnya itu, tetapi melaksanakan kekuasaanya lewat tangan temanya khuang aphaiwong, yang menjadi perdana mentri sampai agustus 1945. Pridi telah melangkah maju menegakkan kembali hubungan baik. Ia telah menenentang deklarasi perang thailand pada sekutu.



















BAB III  PENUTUP

III.1 Kesimpulan
           
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Bangsa Barat pertama kali sampai di Asia Tenggara pada abad ke16. Ketertarikan di bidang perdagangan umumnya membawa bangsa Eropa ke Asia Tenggara, sementara para misionaris turut serta dalam kapal-kapal dagang dengan harapan untuk menyebarkan agama Kristen ke wilayah ini.
Inggris (British East India Company), setelah itu secara relatif datang ke wilayah. Diawali dengan Penang, Inggris mulai memperluaskan kerajaan mereka di Asia Tenggara. Mereka juga menguasai wilayah-wilayah Belanda selama Perang Napoleon. Di tahun 1819, Stamford Raffles mendirikan Singapura sebagai pusat perdagangan Inggris dalam rangka persaingan mereka dengan Belanda. Meskipun demikian, persaingan tersebut mereda di tahun 1824 ketika dikeluarkannya traktat Anglo-Dutch yang memperjelas batas-batas kekuasaan mereka di Asia Tenggara. Penguasaan kolonial memberikan dampak yang nyata terhadap malaysia. Kekuatan-kekuatan kolonial memang memperoleh keuntungan yang besar dari sumber daya alam dan dan pasar yang besar, akan tetapi mereka juga mengembangkan wilayah ini.

III.2 Saran
           
Makalah yang berjudul ”Kedatangan Bangsa Inggris di Burma,Thailand,Malaysia dan Singapura”diharapkan dapat menambah informasi bagaimana Imprealisme Bangsa Barat di Asia Tenggara dan juga diharapkan agar berguna sebagai tambahan materi sejarah Asia Tenggara, karena materi Sejarah Asia Tenggara sendiri sangatlah langka.
           



DAFTAR PUSTAKA

Hall, D.G.E. Sejarah Asia Tenggara. Surabaya: Usaha Nasional
Mangandaralam, Syahbuddin. 1987. Mengenal dari dekat Malaysia Negara tetangga kita dalam ASEAN. Bandung: Remadja Karaya CV Bandung.
Josey, Alex 1982. Lee Kuan Yew perjuangan untuk Singapura. Jakarta : PT Gunung Agung.
Sumber website:






















Tidak ada komentar:

Posting Komentar