Jumat, 01 Juni 2012

Masa Keshogunan



Masa Keshogunan
(Disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Asia Timur II)
(Dosen Pengampu Mata Kuliah Drs. Sumaryono,M.Si)


Disusun Oleh :
1.      M Khoirul Umam       (100210302007)
2.      Warid F. Faqih           (100210302008)
3.      M. Ariwibowo (100210302009)
4.      Renny Eka P              (100210302010)
5.      Firna Niahara (100210302011)
6.      Sri Rusmila F             (100210302012)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2012





KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas rahmat Allah SWT karena atas rahmat-Nya semata, penulisan makalah dengan judul “Masa Keshogunan ” dapat diselesaikan tepat pada waktunya. 
Penulisan makalah dengan judul “Masa Keshogunan ” bertujuan memenuhi tugas Kelompok mata kuliah Sejarah Asia Timur II Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Semester Genap Tahun Akademik 2011-2012.
Dengan terselesaikannya penulisan makalah ini penulis menyampaikan terima kasih  kapada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian makalah ini. Kami juga mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan dalam penulisannya. Kami selaku penulis juga berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak terutama Civitas Akademika di Universitas Jember.


Jember,   Maret 2012

Penulis











DAFTAR ISI
COVER…………………………………………………………………………….I
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….. ..II
DAFTAR ISI………………………………………………………………………  ..III
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………. ...1
1.1                        Latar belakang………………………………………………………  1
1.2                        Rumusan Masalah………………………………………………….    2
1.3                        Manfaat……………...........................……………………………...  2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….. 3
1)        Latar belakang munculnya kekuasaan shogun......................................3
2)        Perkembangan kekuasaan shogun.........................................................6
3)        Runtuhnya kekuasaan shogun..............................................................10
BAB III PENUTUP……………………………………………………………….16
3.1 kesimpulan…………………………………………………………………....16
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………............17










BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Shogun berasal dari kata Sei I Taishogun yang berarti panglima pasukan ekspedisi melawan orang biadab (istilah “Taishogun” berarti panglima angkatan bersenjata). Sai I Taishogun merupakan salah satu jabatan jenderal yang dibuat diluar sistem Taiho Ritsuryo. Dan jika dilihat dalam kamus bahasa jepang-indonesia, dapat diartikan sebagai jenderal. Meski pada Restorasi Meiji, istilah shogun tidak digunakan lagi, namun istilah ini dipakai dalam dunia kemiliteran hingga sekarang yang berarti “jenderal”.
Shogun sendiri merupakan singkatan dari jabatan bernama panjang sei-i-tai-shogun yang berarti jenderal besar penakluk orang barbar. Jabatan ini sebenarnya mulai dikenal sejak jaman Nara (710-794) dan jaman Heian (794-1185), akan tetapi jabatan shogun pada jaman Nara dan Heian tidaklah memiliki kekuasaan penuh sebagaimana jaman Kamakura hingga jaman Edo (era Tokugawa), shogun jaman Nara/Heian hanya bertindak sebagai jenderal perang. Selain itu juga jabatan shogun Nara/Heian masih dipegang secara bebas tanpa melihat keturunan. Barulah sejak jaman Kamakura (1192-1333) jabatan shogun hanya diperuntukkan keturunan klan Minamoto dan memiliki kekuasaan penuh pemerintahan, dengan kaisar bertindak hanya sebagai simbol.
Istilah shogun sebenarnya sedah ada sejak zaman Nara. Kala itu, Jenderal yang dikirim untuk menaklukkan wilayah bagian timur jepang disebut dengan Sei I Taishogun yang kemudian sering disingkat menjadi Shogun. Selain itu, ada juga jabatan yang lebih rendah dari Sei I Taishogun, yang kemudian disebut dengan Seiteki Taishogun (panglima penaklukan orang Barbar) dan Seisei Taishogun (panglima penaklukan wilayah barat). Menginjak zaman kamakura, gelar Sei I Taishogun diberikan kepada panglima keshogunan (Bakufu) hingga zaman Edo. Saat ini, Shogun dapat juga diartikan sebagai pejabat Toryo (kepala klan Samurai) yang didapatkannya berdasarkan garis keturunan.
Pada awalnya, Shogun diangkat oleh kaisar untuk membantunya dalam mengatasi segala sesuatu tentang militer dan keamanan Jepang. Namun, bersamaan dengan keinginan untuk menhuasai Jepang, shogun sering mengambil alih seluruh kebijakan negara, sehingga negara luar Jepang sering menganggap Shogun adalah “kaisar jepang” yang sesungguhnya. Meski shogun kebanyakan mendapatkan perintah dari kaisar, ada sebagian pejabat shogun yang mengambil alih secara langsung dengan tanpa menghiraukan perintah kaisar.
1.2              Rumusan Masalah :
1)        Bagaimana latar belakang munculnya kekuasaan shogun?
2)        Bagaimana perkembangan kekuasaan shogun?
3)        Apa yang menjadi latar belakang runtuhnya kekuasaan shogun?

1.3              Tujuan :
1)        Untuk mengetahui latar belakang kemunculan kekuasaan keshogunan.
2)        Untuk mengetahui perkembangan kekuasaan shogun terutama dalah hal ekonomi,   
politik, dan budaya.
3)        Untuk mengetahui latar belakang runtuhnya kekuasaan shogun.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Awal Kemunculan Kekuasaan Shogun

Awal kemunculan shogun bermula pada kemenangan keluarga Minomoto terhadap keluarga Taira.  Perang ini bermula pada konflik yang terjadi antara Minomoto dan Taira . konflik ini dilatarbelakangi oleh ketidaksenangan keluarga Minomoto terhadap keluarga Taira yang mencontoh cara – cara bangsawan dan lebih cenderung mengikuti gaya keluarga Fujiwara yang telah mereka gulingkan. 

Klan minamoto dan klan taira yaitu Pada jaman Heian ketika kaisar masih memiliki kekuasaan penuh, penguasa ke-52, kaisar Saga memiliki banyak istri dan selir dalam harumnya. Hampir 50 orang anak resmi berhasil dilahirkan oleh sekitar 30 wanita dari hubungan mereka dengan sang kaisar. Karena kondisi keuangan rumah tangga kekaisaran tidak mampu menjamin kehidupan anggota keluarga kaisar yang jumlahnya membengkak pesat, kaisar Saga memutuskan untuk tidak memasukkan sebagian anaknya kedalam lingkaran status keluarga kaisar melainkan hanya memberikan status kebangsawanan (yang dengan demikian bisa dipelihara diluar istana). 

Anak-anak kaisar Saga yang berstatus bangsawan ini dianugerahkan marga baru yaitu marga Minamoto. Bukan hanya kaisar Saga saja yang beranak banyak, kaisar berikutnya yaitu kaisar Seiwa, kaisar Murakami, kaisar Uda, dan kaisar Daigo juga mengikuti jejak kaisar Saga dengan menempatkan anak-anak yang menyebabkan pengeluaran rumah tangga kekaisaran melebihi budget ke dalam klan Minamoto. Mulai dari sinilah klan Minamoto terbentuk, walaupun masih berdarah keluarga kaisar, status mereka hanyalah bangsawan biasa.

Ternyata jejak kaisar Saga ini juga diikuti oleh keluarga kekaisaran yang lain. Cucu dari kaisar Kemmu (ayahanda kaisar Saga) melanjutkan gaya kaisar Saga untuk mengirit pengeluaran rumah tangga kekaisaran dengan cara yang sama. Beberapa cucu kaisar Kemmu dianugerahkan marga baru yaitu Taira, karena marga Minamoto sudah cukup banyak. Kaisar Nimmyo, anak kedua kaisar Saga, juga menggunakan cara yang sama agar dapur kekaisaran tetap ngebul dan hal ini diikuti oleh kaisar lainnya kaisar Montoku dan kaisar Koko yang menempatkan anak keturunannya ke dalam klan Taira.

Karena kedua klan Minamoto dan Taira masih merupakan keturunan keluarga kaisar, tentu saja mereka mendapatkan perlakuan dan penghargaan lebih tinggi dibandingkan keluarga bangsawan lainnya. Alhasil posisi dan pengaruh mereka dalam waktu singkat mulai menyaingi 2 klan senior lain yang sudah memiliki pengaruh besar pada jaman Heian yaitu klan Fujiwara dan klan Tachibana. 

Pada tahun 1156 terjadi pemberontakan Hogen yang dimenangkan oleh pihak pendukung kaisar Go-Shirakawa yang didukung oleh para samurai pimpinan Taira no Kiyomori dari klan Taira dan Minamoto no Yoshitomo dari klan Minamoto. Akibat peristiwa ini, kekuatan dan pengaruh klan Minamoto dan Taira meningkat pesat melebihi 2 klan lain dan tentu saja terjadi persaingan sengit antara keduanya.

Persaingan klan Minamoto dan Taira berlanjut 4 tahun kemudian ke pemberontakan Heiji dimana klan Taira pimpinan Taira no Kiyomori berhasil mengalahkan klan Minamoto pimpinan Minamoto no Yoshitomo. Yoshitomo terbunuh beserta 2 anak sulungnya, harta dan tanah klan Minamoto disita oleh klan Taira. Hampir seluruh tokoh penting klan Minamoto yang terlibat pemberontakan Heiji dieksekusi, hanya ada 3 sisa keturunan Yoshitomo yang dibiarkan hidup yaitu anak ke-3 Yoritomo diasingkan ke Izu (daerah kekuasaan klan Hojo), anak ke-6 Noriyori dan anak ke-9 Yoshitsune dipaksa masuk kuil Zen menjadi pendeta. Klan Taira dengan pimpinan klan Kiyomori memulai bentuk pemerintahan militer dengan kasta samurai sebagai penguasa negara menggantikan sistem insei.

Dengan penghapusan sistem insei, kaisar tak lebih hanya sekedar simbol dan boneka klan Taira sehingga membuat banyak keluarga kaisar mulai mencari dukungan untuk menjatuhkan kekuasaan klan Taira, termasuk kaisar yang tersingkir Go-Shirakawa. Tentu saja kesempatan ini tak mau dilewatkan oleh klan Minamoto untuk membalas kekalahan mereka. 

Dipimpin oleh Minamoto no Yoritomo (anak ketiga dari Yoshitomo) dan didukung mertuanya dari klan Hojo, klan Minamoto mulai menggalang kekuatan untuk melawan klan Taira pimpinan Taira no Munenori (anak kedua Kiyomori). Dimulailah perang Genpei antara klan Minamoto dan klan Taira. Yoritomo sendiri dibantu dua adiknya sebagai jenderal dalam banyak pertempuran yaitu Minamoto no Noriyori dan Minamoto no Yoshitsune.

Perang Genpei berlangsung selama 5 tahun dengan kemenangan mutlak klan Minamoto. Klan Taira sendiri boleh dibilang habis kekuasaan dan tanahnya yang diambil alih oleh klan Minamoto. 

Pimpinan penting klan Taira seluruhnya tewas, baik dalam perang maupun dieksekusi klan Minamoto. Sisanya yang tak memiliki pengaruh dilepaskan dan mereka kebanyakan mengganti nama marga mereka. Didalam klan Minamoto sendiri terjadi perselisihan antara Yoritomo dan sepupunya Minamoto no Yoshinaka yang berakhir dengan tewasnya Yoshinaka ditangan adik Yoritomo, Minamoto no Yoshitsune.

2.1.1Shogun sebagai warisan klan Minamoto

Sebelum Yoshinaka tewas, Yoshinaka terlebih dahulu berhasil memaksa kaisar Go-Shirakawa untuk mengangkatnya sebagai sei-i-tai-shogun. Jabatan shogun hanya dikuasai Yoshinaka dalam waktu pendek karena tak lama kemudian Yoshinaka tewas ditangan sepupunya Yoshitsune dalam pertempuran Awazu. Setelah memenangkan perang Genpei, Minamoto no Yoritomo khawatir adiknya Minamoto no Yoshitsune akan mengangkat senjata merebut kekuasaan klan Minamoto dari tangannya. 

Maklumlah, sebagian dari kemenangan klan Minamoto dalam perang Genpei berasal dari keberhasilan pasukan pimpinan dua adiknya Noriyori dan Yoshitsune dalam memenangkan pertempuran demi pertempuran. Akhirnya Minamoto no Yoshitsune sendiri dipaksa bunuh diri bersama istri dan anak-anaknya. Kakaknya Minamoto no Noriyori sendiri tewas dalam kecelakaan berburu tak lama setelah menolak perintah Yoritomo untuk menangkap Yoshitsune. Rumor mengatakan Yoritomo juga khawatir kalau Noriyori memberontak jika Yoritomo menghabisi adik mereka berdua Yoshitsune, sehingga Noriyori juga harus disingkirkan.

Setelah Yoritomo tak punya saingan lagi untuk menguasai klan Minamoto, Yoritomo diangkat menjadi shogun kedua dari klan Minamoto sekaligus shogun pertama jaman Kamakura. Yoritomo melanjutkan sistem yang dipakai rival ayahnya, Taira no Kiyomori, dengan menetapkan kekuasaan tertinggi pemerintahan berada ditangan kasta samurai dengan kaisar sebagai simbol. Mulai sejak itu pula ditetapkan, gelar shogun hanya diberikan kaisar untuk keturunan klan Minamoto.

A)    System pemerintahan keshogunan awal

Awal keshogunan dimulai saat kelas penguasa ( kaum aristokrat ) mendapat kekuatan dan legitimasi dari kaisar yang berkuasa pada saat itu, ini semua berkat usaha mereka mendekati dan mempengaruhi kaisar. Mereka berasal dari kalangan kaum tani kaya yang membentuk suatu perkumpulan keluarga dari klan-nya sendiri dan mereka berhasil menemukan dasar yang baik untuk menggalang kekuatan melalui pengelolaan pertanian yang baik. Berpangkal pada ikatan-ikatan itulah mereka berhasil mengukuhkan kelas penguasa tradisional dan menciptakan masyarakat feodal baru.

Pemerintahan ke-Shogun-an terbentuk pada periode Kamakura antara tahun 1192-an M. Kalau sejak periode Nara dan Heian, kekuasaan pemerintahan dapat dikatakan berada secara langsung dalam tangan kaisar . Yang kemudian pada periode selanjutnya di serahkan kepada pejabat tinggi kerajaan, yang biasa kita kenal sebagai Wasir (perdana menteri), tetapi pada periode kamakura ini mulailah pemerintahan dipegang oleh kaum samurai.

Di tahun 1192 ini, kaisar menunjuk Minamoto no Yoritomo sebagai Shogun pertama di jepang. Shogun sendiri mempunyai arti panglima tertinggi tentara. Tapi sebelum kaisar menunjuk Minamoto no Yoritomo sebagai Shogun , Minamoto no Yoritomo telah lebih dahulu mengangkat dirinya sebagai shogun yang pertama. Dan akar politik ke-Shogun-an selanjutnya berasal dari periode Kamakura ini. Pada periode ke-Shogun-an ini, kaum samurai diangkat sebagai polisi dan pemungut pajak dan ditempatkan pada semua distrik di seluruh kerajaan. Di periode ini muncul sekte budha baru dengan doktrin-doktrinnya yang tersebar amat cepat ke dalam kalangan rakyat jepang. 

2.2 Perkembangan Kekuasaan Shogun

A)   Zaman Kamakura (1192 M – 1333 M)

Zaman bakufu Kamakura menghasilkan kebudayaan tersendiri dengan menggabungkan unsur –unsur kebudayaan samurai yang baru bangkit pada kebudayaan istana. Dapat dikatakan bahwa hal ini berarti kebangkitan kembali kebudayaan asli Jepang. Yang paling menonjol dalam kebudayaan zaman ini adalah bangkitnya aliran – aliran agama budha.

Dalam bidang kesenian, masa ini merupakan zaman emas seni pahat yang berupa patung keagamaan maupun patung manusia biasa. Dalam bidang seni lukis, dihasilkan lukisan gulung yang bermutu, sedangkan dalam bidang arsitektur terjadi pembangunan kuil dengan corak Sung yang di Jepang dikenal sebagai tenjiko-yo dan karayo. Sedangkan, dalam bidang kesusastraan, zaman ini ditandai dengan munculkan apa yang disebut “ Babat Ksatria” disamping puisi dan prosa bangsawan tradisional. 

         Pada masa keshogunan kamakura industry mengalami kemajuan. Karena dibukanya daerah – daerah baru untuk penanaman padi dan kemajuan dalam teknik pertanian, produksi pertanian berlipat ganda dan kerajianan tangan juga mengalami perberkembangan. Perdagangan tumbuh dengan subur dan pasar –pasar yang diadakan 3 kali dalam sebulan, berkembang di pusat –pusat dalam shoen, di pusat komunikasi penting, dan di depan pintu gerbang kuil –kuil dan tempat ibadat. Pembuatan mata uang di Jepang telah lama dihentikan, tetapi system ekonominya mulai berkembang.

B)       Keadaan Shogun Setelah Pemerintahan Yuritomo

            Setelah Yoritomo wafat jabatan shogun digantikan oleh putranya yoriie dan Sonetomo yang menjabat secara bergantian. Namun sanetomo dibunuh oleh putra Yoriie, Kugyo dan keturunan Minomoto berakhir setelah tiga generasi. Kujo Yoritsune saudara jauh Yoritomo dari Kyoto dan diangkat menjadi shogun. Melihat kondisi Yoritsune yang masih kanak – kanak maka ia hanya dijadikan boneka. Maka pemerintahan berada di tangan mangkubumi. Yamg waktu itu depegang oleh Hojo Tokimasa, dan setelah wafatnya Hojo Tokimasa jabatan mangkubumi dijabat oleh putranya Yoshitoki.

         Dengan terhapusnya garis keturunan Minomoto membuka kesempatan bagi kaisar Gotoba  dalam usaha pengembalian kekuasaan kaisar dalam pemerintahan. Kesempatan yang terbuka di manfaatkan oleh Kaisar Gotoba untuk memberikan perintah kepada propinsi untuk menggulingkan Yoshitoki. Dan Kaisar Gotoba mengundurkan diri dan putranya kaisar Juntoku yang juga telah menarik diri, dibuang ke pulau Sado. Peristiwa ini dikenal dengan peristiwa Jokyu.  Akibat kemenangannya bakufu mengambil alih lebih dari tiga ribu daerah milik istana. Dengan hal ini Yoshitoki diganti oleh Yasutoki dan kemudian oleh Tokiyori yang memperoleh sumpah setia rakyat banyak karena cara pemerintahannya yang adil dan tegas.

C. Bakufu Muromachi

Bakufu ini didirikan oleh Yoshimitsu. Kedudukan Yosimitsu selain sebagai shogun juga menjabat sebagai menteri utama, dengan jabatan ini ia mengambil bagian dalam kehidupan politik istana. Jabatan penasehat utama bagi Shogun yaitu Kanre di pegang secara bergantian oleh tiga cabang keluarga Ashikaga, kaum Hosakawa, kaum Shiba dan kaum Hatakeyama

            Para Shugo pada zaman Muromachi tidak mengabdi secara mutlak kepada Shogun, melainkan bertindak sesuai dengan kepentingannya masing-masing sehingga mengakibatkan landasan lembaga Bakufu menjadi sangat rapuh. Sementara itu shogun kedelapan, Yoshimasa mengabaikan pemerintahan dan hidup secara mewah tanpa memperhatikan pendeeritaan rakyat. Hal ini dilanjutkan dengan Pertentangan antara Hosokawa Katsumoto, dan Yamana Mochitoyo yang berpengaruh menjadi semakin ruwet karena perselisihan sekitar masalah pergantian Shogun.

Pertempuran yang di mulai di Kyoto pada tahun 1467, pertempuran ini di kenal sebagai perang saudara Onin. Akibatnya istana kekaisaran serta sejumlah tempat tinggal bangsawan, kuil serta tempat ibadah di Kyoto terbakar. Perang onin mengakibatkan surutnya wewenang dan kehancuran masyarakat berlangsung tanpa kendali. Peperangan yang berlangsung selama 1 abad ini dikenal dengan periode Sengoku

Pada masa terjadinya zaman Sengoku, orang – orang eropa mulai berdatangan ke jepang untuk yang pertama kalinya. Kemudian dibukalah hubungan dengan bangsa barat. Pada tahun 1543 kapal portugis berlabuh di Tanegashima yang terletak dibagian selatan Kyushu. Mereka dating dengan membawa senjata dan diterima oleh jendral jepang serta dengan cepat menyebar keseluruh jepang. 

Pada tahun 1549 Fransiskus,salah seorang pendiri Ordo Jesuit, tiba di Kagoshima dan membawa agama Kristen ke Jepang. Ia tinggal di jepang Selma dua tahun tiga bulan tetapi dalam waktu itu para misionaris berdatangan ke Jepang dan berusaha memperluas agamanya. Pada tahun 1582 jumlah penganut agama Kristen cukup banyak. Hideyoshi memberi perlindungan bagi agama Kristen tetapi ia cucriga atas agama Kristen akan mengalahkan agama Jepang Shinto dan budha yang merusak masyarakat. 

Oda Nobunaga menaklukkan daimyo-daimyo pesaingnya dengan memakai teknologi Eropa dan senjata api. Nobunaga hampir berhasil menyatukan Jepang sebelum tewas terbunuh dalam Peristiwa Honnōji 1582. Toyotomi Hideyoshi menggantikan Nobunaga, dan mencatatkan dirinya sebagai pemersatu Jepang pada tahun 1590. 

            Pada zaman Nobunaga dan Hideyoshi para Daimyo baru dan pedagang-pedagang kaya mulai menciptakan kebudayaan yang lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari dan terbuka. Dengan perkembangan arsitektur istana, timbul menghias pintu-pintu geser dan dinding-dinding rumah dengan lukisan dekoratif yang berwarna warni.

a.       Keadaan Masyarakat dan kebudayaan pada masa pemerintahan  Muromachi

            Sepanjang zaman ini organisasi otonom tumbuh di lingkungan pertanian. Para petani berkumpul untuk melindungi desa-desanya dari perusakan akibat perang. Dan sering kali mereka menolak pembayaran pajak yang terlalu tinggi atau pemerasan oleh lintah darat. Pemberontakan ini disebut Ikki. Di distrik Hokuriku dan Kinki, beberapa Ikki di atur oleh penganut Sekte budha Jodo shin dan Dikaga, Ikki berhasil menggulingkan Shugo local. Pemberontakan ini dikenal sebagai Ikko-Ikki.

            Dalam bidang industry mengalami perkembangan yang luar biasa. Pertanian, perikanan,dan pertambangan maju pesat. Dalam bidang sastra, kesusastraan bangsawan tradisioner mengalami kemunduran, tetapi kesusastraan rakyat biasa mulai muncul dalam bentuk-bentuk seperti Renga (sajak berantai), Otogizoshi(cerita populer), drama dan komedi. Dalam perkembangan kebudayaan terdapat perpaduan yang semakin akrab antara kebudayaan samurai dan bangsawan. Contohnya: kinkaku (paviliun perak) yang didirikan oleh Yoshi mitshu dan Ginkaku(pavilion perak) yang dididrikan oleh Yoshimasha, bangunan ini memperlihatkan kombinasi arsitektur samurai dengan arsitektur Budha.

D)      Bakufu Edo

            Tokugawa leyashu meneruskan pemerintahan dari Toyomi Hideyoshi dan menyempurnakan persatuan bangsa. Ia memperkuat kedudukannya selama zaman Nobunaga dan di beri wilayah delapan provinsi di daerah kanto oleh Hideyoshi.Dengan demikian ia membangun kekuatan yang bermarkas besar di Edo. Tokugawa leyashu memperoleh keberuntungan dari pertikaian yang terjadi antara pertikaian tentara Hedeyoshi dengan Ishida Mitshunari dalam perang yang menentukan Disekigahara memperoleh kemenangan yang besar. Hasilnya ia memperoleh pengukuhan hegemoni dari kaum Tokugawa. Pada tahun 1603 Leashu di tunjuk menjadi Shogun oleh kaisar. 

Pemerintahan samurai pusat didirikan yang mengambil langkah pengendalian para daimyo, tekanan atas istana serta pengawasa atas para petani. Pengendalian terhadap para Daimyo memakan hampir seluruh tenaga leyashu, karena beberapa diantaranya menjadi kawasan sejawatnya dibawah Hideyoshi. 

Leyashu menempatkan para daimyo yang tidak mempunyai ikatan erat dengan keluarga Tokugawa di daerah-daerah yang jauh misalnya di daerah Tohoku, sikoku, dan Kyushu. Dan juga menetapkan kitab undang-undang bagi keluarga ksatria yang mengatur secara tertulis kewajiban oara Daimyo. Leyashu juga menetapkan system yang di kenal sebagai Sankinkotai yang mewajibkan para daimyo untuk mrngabdi secara bergantian di Edo, sementara istri dan anak-anaknya harus tetap tinggal di daimyo. Para daimyo berada di bawah kawasan Bakufu dan secara mutlak bertugas mengabdi kepada Shogun.

            System penentuan kedudukan social seseorang dengan cara mengolongkan dalam salah satu dari empat kelas, yaitu samurai,petani,dan buruh atau pedagang yang di terapkan secara ketat. Hubungan feodal antara tuan dan hamba yang di pegang oleh para samurai dan di perluas di setiap kelas. Ikatan ketat yang serupa mengikat tuan tanah dan penghuni dikalangan para petani, mengikat murid kepada para karyawan ahli dikalangan pertukangan dan mengikat pegawai kepada kepala usaha di antara para pedagang. Pelanggaran ikatan ini di larang keras karena di anggap melanggar tata susunan masyarakat.

a.      Perkembangan Sosial Budaya Pada Masa Bakufu Edo

            Sejak pemeritahan Letshuna, bakufu mulai melonggarkan cara pemerintahan militer yang ketat untuk lebih memberi tekanan pada usaha pendidikan dan kebudayaan karena landasan bakufu telah aman dan perlu pengendalian terhadap para daimyo. Selama zaman administrasi birokrasi, industry domistik memperlihatkan perkembangannya dan produksi bertambah dengan cepat. Perhubungan juga mengalami perbaikan, peredaran bahan-bahan konsumsi menjadi lancar dan perdagangan juga bertambah maju. Pada puncak kemakmurannya, Edo merupakan kota yang terbesar di antara kota istana dan di perkirakan mempunyai penduduk satu juta orang. Dengan hal ini kemakmuran ekonomi, ilmu pengetahuan, kesastraan, dan kesenian maju dengan pesat. 

            Kemajuan juga tercapai dalam penelitian sejarah Jepang, yang membawa pendekatan baru terhadap studi Mithe-Mithe. Dalam bidang kesusastraan timbul banyak sastra yang bersumber pada kehidupan kelas pedagang. Dalam bidang kesenian aliran Kano menjadi sumber pelukis-pelukis resmi bagi lembaga Shogun. 

2.3 Runtuhnya Kekuasaan Shogun

A) Kondisi Akhir Shogun Kondisi Budaya, Ekonomi dan ilmu pengetahuan

            Setelah masuknya ekonomi uang keseluruh bangsa serta semakin banyaknya tuntutan selera ekonomi kekeyaan semakin menumpuk ditangan keles pedagang. Kondisi Bakufu sendiri berada dalam kesulitan keuangan sedangkan para samurai dan petani berada pada kondisi kemiskinan. Setelah jaman Genroku berusaha untuk membangun kembali keuangan dengan cara mencetak ulang mata uang. Menetapkan pajak “kemawahan” (Goykin ) bagi pedagang kaya tetapi cara itu tidak berhasil.
            Yoshimune shogun kedelapan, mengeluarkan larangan keras terhadap kemewahan dan dekadensi. Ia mendorong berkembangnya seni beladiri dikalangan kaum samurai dan memerintahkan seluruh bangsa untuk hidup secara sederhana. Langkah lainya untuk membantu keadaan keuangan berusaha mendorong pembukaan tanah pertanian baru dan pertumbuhan industry. Hasil – hasil perbaikan ini juga tidak memuaskan. 

            Dengan bertambahnya kesulitan keuangan, Bakufu dan para daimyo menjadi semakin keras berusaha memungut pajak dari petani, yang mengakibatkan petani menderita kemiskinan yang semakin parah. Banyak diantara mereka terpaksa melepaskan tanahnya dan menjadi buruh tani meskipun beberapa petani yang lebih baik keadaanya mulai membuka toko minuman keras atau menjadi lintah darat. Petani yang paling miskin mulai berkelompok untuk membela haknya dengan cara paksa atau untuk memberontak. 

            Novel – novel populer dicetak dalam jumlah besar termasuk share–bone yaitu novel pendek yang mengambil tema kehidupan di tempat – tempat hiburan dan Yomihon, yaitu roman –roman sejarah panjang.  Dalam bidang kesenian. Bentuk – bentuk baru seperti nanga yang berasal dari gaya populer di Cina Ming Ch’ing, atau gaya realisme yang berasal dari penelitian akan alam seperti yan terlihat dalam karya Maruyama Okyo. Sedangkan seni mencetak gambar dengan dengan cukilan kayu yang disebut ukiyo-e mengalami kemajuan dalam segi teknis yang menuju kepada jaman emas nishiki-e (gambar cetak polychrome).     Baik dalam tema maupun pada pribadi senimanya.  Pendidikan tersebar ke seluruh Negara. Disampin sekolah – sekolah yang diselenggarakan oleh Bakufu dan Clan, juga terdapat terakoya atau sekolah di kuil, yang merupakan sumber pendidikan bagi anan – anak pedagang dan petani, dan merupakantempat dimana mereka dapat memperoleh dasar – dasar pendiikan diantaranya membaca, menulis, berhitung. 

            Dalam bidang ilmu pengetahuan, ajaran konghuchu resmi tetap berlangsung seperti biasanya, tetapi jaman ini menyaksikan tampilnya Koku-Gaku (studi nasional) yang mulai mengimbangi perhatian yang berlebihan pada ilmu pengetahuan dari Cina dengan studi bahasa Jepang kuno, dan menganjurkan kembalinya cara hidup dan pemikiran kuno dan bersifat pribumi. Deretan sarjana yang dimulai dengan Kada-No-Azumamaro hingga Kamo-No-Mabuchi, Motoori Norinaga dan Hirata Aksutane, menandakan suatu kebebasan baru bagi ilmu pengetahuan jepang dan lolosnya dari pandangan yang sekian lama dikuasai oleh ilmu pengetahuan Cina. Koku-gaku juga dapat disebut ilmu pengetahuan baru dalam pengertian bahwa orang –orang yang bertanggung jawab atasnya terutama terdiri dari orang yang berasal dari kelas pedagang atau petani. 

            Cabang ilmu pengetahuan lain ialah ran-gaku atau “ ilmu pengetahuan belanda”. Bahasa belanda telah lama dikenal oleh para penterjemah untuk bahasa belanda di Nagasaki, tetapi shogun yoshimune menyuruh Aoki Konyo dan sarjana lain untuk mempelajari bahasa tersebut. Maeno ryotaku, murid aoki bersama dengan sarjana – sarjana lain berusaha keras dan berhasil menterjemahkan kitab Tafel anatomia, karya belanda mengenal anatomi, dan sejak zaman ini bahasa Belanda dan bidang ilmu pengetahuan yang berhubungan denganya menjadi cabang ilmu pengetauan yang diakui di Jepang, yang secara menyeluruh dikenal sebagai Ran-gaku. Melalui ilmu bahasa, cabang ilmu pengetahuan ini berkembang higga mencakup pelajaran dalam berbagai bidang dari dunia barat, dan banyak pengetahuan baru seperti ilmu kedokteran, ekonomi, ilmu alam dan kimiadiperkenalkan di Jepang. 

Pemerintah Tokugawa mengalami masa kejayaan yang panjang tetapi pada abad ke-19, kekuasaan Tokugawa mulai mengalami kemunduran.Kaum samurai makin mengalami kesulitan keuangan dan hutang yang terus meningkat. Di kota-kota mulai terjadi ketegangan-ketegangan antara pedagang kaya dengan rakyat miskin, di desa-desa mulai ada perbedaan antara yang memiliki tanah dan yang tidak memiliki tanah (Suryohadiprojo,1982:21). Selain penyebab diatas, faktor lain yang meyebabkan runtuhnya pemerintahan Tokugawa adalah berikut ini 

a.Kaikoku (Pembukaan Negara) 

Selama kurang lebih 250 tahun Jepang menutup diri dari pengaruh luar.Jepang tidak menyadari adanya kemajuan-kemajuan yang diperoleh bangsa barat, terutama dalam bidang industri. Perkembangan kapitalisme mengakibatkan revolusi industri, sehingga bangsa barat melihat luar negeri untuk mencari daerah pemasaran bagi hasil industrinya dan mencari sumber bahan baku yang baru. Menjelang akhir abad ke-17 bangsa barat mendesak untuk mengadakan hubungan dagang dengan Cina dan Jepang. Bangsa barat yang pertama datang ke Jepang adalah Rusia (Nurhayati,1987:33) 

Pada tahun 1853 Amerika mengirimkan utusan yang dipimpin oleh Commodore Matthew.C.Perry yang masuk ke Jepang melalui teluk Edo. Menurut Nurhayati (1987 ;35), Perry membawa surat resmi dari presiden Amerika Serikat yang menyatakan ingin mengadakan hubungan dagang dengan Jepang dan juga dijelaskan bahwa kedatangan Perry adalah untuk meminta : Perlindungan bagi pelaut Amerika yang mengalami kecelakaan di laut. Pembukaan kota-kota pelabuhan bagi kapal-kapal Amerika untuk melakukan perbaikan kapal dan menambah perbekalan.Pembukaan kota-kota pelabuhan untuk perniagaan.

Setelah surat itu disampaikan, pemerintahan bakufu meminta waktu satu tahun untuk mempertimbangkan hal tersebut. Setahun kemudian Perry kembali lagi ke Jepang dengan membawa armada perangnya untuk memaksa Jepang agar mau membuka hubungan dengan Amerika.Perry tidak segan-segan mengancam dengan kekerasan.Rakyat Jepang menolak kedatangan bangsa asing dan mereka menyerukan slogan yang dikenal dengan Sonno Joi yang berarti hormati Tenno dan usir kaum biadab (maksudnya orang-orang asing).Mereka menunjukkan sikap yang anti terhadap bangsa asing. Di beberapa wilayah rakyat Jepang mengadakan kekacauan-kekacauan untuk mengusir bangsa Barat (Nurhayati,1987:45). 

Pada tanggal 31 Maret 1854 pemerintah Tokugawa akhirnya menandatangani perjanjian dengan Amerika di Kanagawa yakni sebuah kampung  nelayan di Yokohama, lalu Amerika menempatkan Konsul Jendral yang bernama Townsend Harris di Yokohama. Dengan demikian akhirnya Jepang dibuka setelah pengasingan yang berlangsung sepanjang 250 tahun dan tidak lagi merupakan sebuah negara terpencil dari masyarakat dunia (Nurhayati,1987:33). 

b. Pemberontakan dalam Negeri 

Sejak terjadinya pembukaan negara, pemberontakan dalam negeri semakin meningkat karena rakyat Jepang tidak menginginkan perjanjian tersebut ditandatangani oleh pemerintahan Tokugawa, terutama pihak kekaisaran karena perjanjian itu belum memperoleh izin dari kaisar.Penandatanganan perjanjian ini menimbulkan kekesalan dan gerakan anti pemerintahan bakufu yang diwakili oleh daimyo Tozama. Hal-hal yang mereka tentang antara lain adalah menentang adanya hubungan dagang dengan orang asing, menginginkan pengembalian fungsi politik kepada kaisar, dan ingin menegakkan kembali pemujaan terhadap Tenno dan agama Shinto serta kembali pada Shintoisme yang murni sebagai reaksi dari Ryobu Shinto dan Budhisme (Nurhayati,1987:45). 

Perjanjian dengan negara Barat juga membawa dampak dimana perdagangan berkembang pesat. Golongan petani merupakan produsen yang sangat membantu kehidupan golongan lain. Tetapi mereka sangat menderita karena diwajibkan membayar pajak yang sangat tinggi dengan sebagian hasil panen mereka.Ada semboyan yang berbunyi “kepada petani jangan diberi kehidupan maupun kematian” artinya bahwa setiap petani harus ditempatkan sebagai kelas masyarakat yang hanya wajib berproduksi dan membayar pajak. 

Akibatnya kehidupan petani semakin sulit dan akhirnya banyak yang meninggalkan lahan pertaniannya dan menjadi buruh tani di tanah pertanian orang lain. Mereka juga mulai membentuk kelompok-kelompok untuk membela haknya dengan kekerasan, memberontak, dan melawan pemerintah (Nurhayati,1987:19). Pemberontakan petani yang tidak puas terhadap pemerintah semakin hari semakin mengacaukan keadaan Jepang saat itu.Disamping bencana alam dan bahaya kelaparan yang sering terjadi pada pemerintahan Tokugawa menambah semangat rakyat untuk meruntuhkan kedudukan shogun.

Akibat dari penandatanganan perjanjian tersebut, pemerintah Tokugawa tidak lagi memperoleh kepercayaan dari rakyat untuk melindungi mereka dari pengaruh luar dan tidak dapat memberikan perlindungan terhadap rakyatnya.Alasan ini dimanfaatkan oleh beberapa pihak yang ingin menggulingkan kekuasaan Tokugawa.Setelah terjadi beberapa peristiwa buruk, maka pada tahun 1867 pemerintah Tokugawa menyerahkan kekuasaan pada kaisar Meiji. Dengan demikian pemerintahan Tokugawa berakhir dan kekuasaan penuh berada di tangan kaisar (Sihombing,1997:51). 

Pada awalnya pemerintahan Shogun dapat membuat kedamaian.Tetapi di balik itu pemerintahn Shogun mempraktekan pemerintahan dengan tangan besi dan untuk kepentingan rezimnya. Keluarga Tokugawa sebagai keluarga Shogun terakhir yang memerintah Jepang sebelum Restorasi mempunyai koordinasi sebagai berikut: 
1. Shogun: sebagai pemimpin pemerintahan (kaisar hanya sebagai lambang saja). 
2. Para Daimyo: sebagai pemerintahan Gubernur/ Provinsi. 
3. Samurai-samurai: sebagai serdadu. 

Semua Shogun Tokugawa berpegang pada tradisi kuno yang menyatakan bahwa mereka adalah keturunan Amaterasu Omokami dan disusun memerintah dengan tangan besi.Kaisar terakhir pada masa Tokugawa adalah Keiji sedangkan ibukota negaranya adalah Yedo. Kota tersebut merupakan pusat administrasi dengan segala hukum dan undang-undangnya yang akan menjamin supremasi bagi Shogun Tokugawa. Pemerintahan Shogun selalu menentang aktifitas dan inisiatif dari setiap inidividu.Semua aktifitas diawasi oleh pemerintah Shogun.Pada pertengahan abad ke-19 bagian kedua pemerintah Shogun menghadapi keruntuhan. 

C. Gokajo no Goseimon 

Tokugawa Yoshinobu, Shogun Tokugawa yang ke-15, menyampaikan pengunduran dirinya kepada kaisar pada bulan November 1867, mengakhiri kekuasaannya yang kurang lebih dua abad lamanya. Pada tanggal 3 Januari 1868 dikeluarkanlah sebuah pernyataan resmi tentang restorasi dan kemudian dibentuk suatu pemerintahan yang sesuai dengan pola kuno dimana kaisar menangani masalah-masalah politik.Pada tanggal 3 Januari itu pulalah para pendukung restorasi mengambil keputusan-keputusan penting tentang peranan keluarga Tokugawa dalam rezim yang baru.

Pada tanggal 6 April 1868 kaisar mengeluarkan Sumpah Jabatan (Gokajo no Goseimon) yang sangat penting yang terdiri dari lima pasal, yang menggambarkan garis besar asas-asas yang harus dianut oleh pemerintahnya. Isi dari piagam tersebut yakni :
1.                  Dewan-dewan musyawarah akan dibentuk secara luas dan tiap-tiap kebijaksanaan akan ditetapkan berdasarkan musyawarah ; golongan tinggi dan rendah harus bersatu dalam melaksanakan rencana-rencana bangsa dengan penuh gairah ;
2.                  Semua warga sipil dan pejabat militer dan rakyat diijinkan untuk memenuhi cita-cita mereka, dengan demikian tidak ada ketidak puasan antara mereka.
3.                  adat istiadat masa lalu yang tidak baik harus dihapus, dan asas-asas yang adil dan wajar haruslah menjadi dasar kebijaksanaan kita ; Pengetahuan harus dicari keseluruh dunia dan dengan demikian kesejahteraan kerajaan dapat ditingkatkan. 

Meskipun pasal yang pertama tidak dimaksudkan sebagai suatu pernyataan tentang demokrasi modern, sumpah jabatan itu, bagaimanapun adalah sangat progresif untuk masa itu.Sumpah itu menguatkan asas politik yang baru berupa mendengarkan pendapat umum dan membuka negeri bagi hubungan persahabaan dengan semua negeri di dunia.

Pemerintah kerajaan segera mengumumkan satu rangkaian pemusatan otoritas politis di dalam negara kesatuan, industrialisasi ekonomi, undang-undang pokok kaisar, wajib militer yang universal, dan penciptaan suatu sistem pendidikan di seluruh negara.Dengan demikian di masa datang tidak ada masyarakat yang buta huruf.

Perubahan-perubahan dalam pemerintahan ini disusul dengan langkah-langkah yang meninggalkan tradisi lama. Pemerintah baru mencatat kenyataan bahwa Edo merupakan pusat politik bangsa, dan dalam bulan November 1868 pemerintah secara resmi memberinya nama baru Tokyo (ibukota sebelah timur). Dalam bulan November kaisar hijrah dari Kyoto ke ibukota baru itu dalam suatu pawai kebesaran, dan menetapkan kediaman resmi tetapnya disana pada awal tahun 1869.

Pada umumnya rezim baru itu menekankan pentingnya kaisar memerintah bangsa.Maka setelah wafatnya kaisar Komei pada tahun 1866, anak laki-lakinya yang baru berumur empat belas tahun yaitu Mutsuhito menggantikannya.Semua pengumuman resmi pemerintah baru dibuat atas namanya. Pada bulan Oktober 1868 Kaisar mengumumkan bahwa masa tahun-tahun pemerintahannya adalah ”Meiji” (pemerintahan yang cerah). Dengan demikian maka restorasi kerajaan tahun 1867 – 1868 dikenal dengan nama Restorasi Meiji, dan tahun-tahun antara 1868 – 1912 disebut era Meiji, karena Mutsuhito wafat tahun 1912.



BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Awal kemunculan shogun bermula pada kemenangan keluarga Minomoto terhadap keluarga Taira.  Perang ini bermula pada konflik yang terjadi antara Minomoto dan Taira . konflik ini dilatarbelakangi oleh ketidaksenangan keluarga Minomoto terhadap keluarga Taira yang mencontoh cara – cara bangsawan dan lebih cenderung mengikuti gaya keluarga Fujiwara yang telah mereka gulingkan. 

         Pada masa keshogunan kamakura industry mengalami kemajuan. Karena dibukanya daerah – daerah baru untuk penanaman padi dan kemajuan dalam teknik pertanian, produksi pertanian berlipat ganda dan kerajianan tangan juga mengalami perberkembangan. Perdagangan tumbuh dengan subur dan pasar –pasar yang diadakan 3 kali dalam sebulan, berkembang di pusat –pusat dalam shoen, di pusat komunikasi penting, dan di depan pintu gerbang kuil –kuil dan tempat ibadat. Pembuatan mata uang di Jepang telah lama dihentikan, tetapi system ekonominya mulai berkembang.

Pemerintah Tokugawa mengalami masa kejayaan yang panjang tetapi pada abad ke-19, kekuasaan Tokugawa mulai mengalami kemunduran.Kaum samurai makin mengalami kesulitan keuangan dan hutang yang terus meningkat. Di kota-kota mulai terjadi ketegangan-ketegangan antara pedagang kaya dengan rakyat miskin, di desa-desa mulai ada perbedaan antara yang memiliki tanah dan yang tidak memiliki tanah (Suryohadiprojo,1982:21). Selain penyebab diatas, faktor lain yang meyebabkan runtuhnya pemerintahan Tokugawa adalah Kaikoku (Pembukaan Negara), Pemberontakan dalam Negeri, dan Gokajo no Goseimon.






DAFTAR PUSTAKA
1.      Rosidi, Ajip. Mengenal Jepang. Pusat kebudayaan Jepang Jakarta. Jakarta. 1981.
2.      Sakamoto, Taro. Jepang dulu dan sekarang, terjemahan oleh Sylvia Tiwon. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 1992.
3.      Anonim,2010. Jepang. Tersedia dalam http//:id.wikipedia.org/wiki/Jepang. Diakses pada 12 Maret 2010.


1 komentar: